Kasih...

Walaupun aku bisa berkata-kata dengan segala bahasa manusia dan malaikat sekalipun, tetapi aku tidak ada Kasih, niscaya aku sudah seperti gong yang berbunyi, atau genta yang gemerincing.

Walaupun aku mendapat karunia dan aku bisa mengetahui segala rahasia dan segala marifat, dan jika aku menaruh iman yang sempurna, sehingga dapat aku memindahkan gunung sekalipun, tetapi aku tidak ada Kasih, niscaya aku bukan sesuatu apapun.


Walaupun aku sedekahkan segala hartaku kepada orang miskin, dan jika aku serahkan tubuhku dibakar, tetapi aku tidak ada Kasih, niscaya satupun tidak ada manfaatnya bagiku.

Itu semua karena'
Kasih itu panjang sabar dan penyayang;
Kasih itu tidak dengki; tidak memegahkan dirinya,
Kasih itu tidak sombong; tidak melakukan yang tidak senonoh,
Kasih tidak mencari keuntungan dirinya saja; tidak pemarah;
Kasih itu tidak menyimpan kesalahan orang dan menggosipkannya,
Kasih itu tidak senang akan kelaliman, melainkan selalu bersukacita dengan yang benar.

Maka ia tahan menanggung segala sesuatu, dan percaya akan segala sesuatu, dan harap akan segala sesuatu, dan sabar akan segala sesuatu. Kasih itu tidak berkesudahan; tetapi karena pengetahuan kita belum sempurna, dan kitapun belum sempurna, namun apabila yang sempurna itu tiba, maka yang belum sempurna itu akan ditiadakan.

Ketika aku masih anak-anak, aku bertutur seperti anak-anak, dan berasa seperti anak-anak, dan berpikir seperti anak-anak; sekarang semenjak sudah menjadi orang dewasa, maka keadaan anak-anak itu sudah kutiadakan. Karena sekarang ini kita nampak di dalam cermin muka kelam; tetapi pada masa itu kelak muka bertemu dengan muka, sekarang pengetahuanku belum sempurna, tetapi pada masa itu nanti aku akan mengetahui sebagaimana aku juga telah diketahui.

Dengan demikian tinggallah iman, dan pengharapan, dan Kasih, ketiga perkara ini, tetapi di dalam ketiganya itu yang terlebih besar, ialah Kasih...