Hadiah terindah untuk "Cinta"...

Tiba2 saja para penumpang di bus yang juga aku tumpangi melihat seorang wanita muda yang memakai tongkat putih berjalan dengan hati-hati menaiki tangga.

Dia membayar ongkos kepada sopir bus lalu, dengan tangan untuk merasakan lokasi kursi-kursi, berjalan menyusuri koridor sampai menemukan kursi yang kosong.

Lalu ia duduk dan tepat disebelahku, ditempatkan tasnya di pangkuannya dan menyandarkan tongkatnya diantara kedua kakinya. Singkat cerita aku dan dia telah berkenalan dan dia telah menceritakan kisah hidupnya kepadaku, dan kebetulan pula suami dari wanita ini, tempat kerjanya satu building dengan tempat aku bekerja. Bahkan sampai saat ini kami masih berteman baik. Baiklah sekarang aku lanjutin kisahnya.

Sudah setahun sejak Lie Wei, menjadi buta. Karena adanya misdiagnosis medis, ia telah divonis buta, dan dia begitu sangat terpukul tiba-tiba saja dilemparkan ke dalam dunia kegelapan, kemarahan, frustrasi dan menjadi rendah diri. Dan semua itu harus dia hadapi, dia begitu sangat membutuhkan suaminya, Chen.

Chen adalah seorang pegawai biasa dan dia mencintai Lie Wei dengan segenap hatinya. Ketika istrinya pertama kali kehilangan penglihatan, dia melihat bagaimana Lie Wei tenggelam dalam keputusasaan dan Chen bertekad untuk membantu menemukan kembali kekuatan dan rasa percaya diri yang istrinya butuhkan untuk menjadi mandiri lagi.

Akhirnya, Lie Wei merasa siap untuk kembali bekerja, tapi bagaimana dia akan sampai di kantornya? Dia harus menggunakan bus, tetapi sekarang terlalu takut untuk berkeliling kota sendirian. Chen menawarkan diri untuk mengantarnya bekerja setiap hari, meskipun Lie Wei bekerja di ujung kota. Pada awalnya, ini membuat Lie Wei nyaman, dan Chen memenuhi rasa kasihnya untuk melindungi istrinya yang buta, Chen begitu sayangnya pada istrinya ini.

Tetapi, Chen menyadari karenanya itu ia harus terlambat bekerja. Lie Wei harus mulai naik bus lagi, ia mengakui kasihan pada Chen suaminya yang sering dimarah bossnya karena selalu terlambat untuk bekerja. Namun Chen masih tidak tega, istrinya masih begitu rapuh, sangat mudah marah, bagaimana dia bereaksi? Sama seperti ia perkirakan, Lie Wei masih takut untuk naik bus lagi.

"Aku buta!", Ia menjawab dengan nada sedikit marah. "Bagaimana aku bisa tahu kemana aku pergi aku merasa seperti kamu ingin meninggalkan aku.?"

Chen sedih mendengar kata-kata istrinya itu, tetapi ia tahu apa yang harus dilakukan. Dia berjanji, bahwa setiap pagi dan sore, ia akan naik bus dengan istrinya, selama masih diperlukan, sampai istrinya dapat menguasai jalan2 dan tempat2 yang harus dilalui. Dan itulah yang terjadi. Selama dua minggu penuh, Chen, menjaga istrinya, mengawal Lie Wei ke dan dari tempat kerjanya setiap hari.

Dia mengajari Lie Wei bagaimana menggunakan indranya yang lain, terutama pendengarannya, untuk menemukan dimana ia berada dan bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Dia membantu berteman dengan para sopir bus yang bisa melihat dan memperhatikan untuk dirinya, dan menyediakan tempat duduknya.

Akhirnya, Lie Wei memutuskan bahwa dia siap untuk melakukan perjalanan itu sendiri. Senin pagi tiba, dan sebelum dia pergi, dia memeluk Chen. Sementara dia naik bus dia mengingat suaminya, adalah juga temannya yang terbaik. Matanya penuh dengan air mata rasa syukur atas kesetiaannya, kesabarannya, dan cintanya. Dia mengucapkan selamat tinggal, dan untuk pertama kalinya, mereka pergi jalan masing-masing. Senin, Selasa, Rabu, Kamis ... Setiap hari pergi sendiri, semua berjalan lancar dan Lie Wei tidak pernah merasa lebih baik. Dia melakukannya! Dia akan bekerja sendirian saat ini dan seterusnya.

Pada hari Jumat pagi, Lie Wei naik bus untuk bekerja seperti biasa. Ketika dia membayar ongkos untuk keluar bus, sopir wanita itu berkata, "Wah..wahh.., aku iri padamu." Lie Wei tidak yakin apakah sopir wanita itu bicara kepadanya atau tidak. Setelah semua, yang dia tahu dunia tidak akan pernah iri pada seorang wanita buta yang telah berjuang hanya untuk menemukan keberanian untuk hidup selama setahun terakhir? Penasaran, ia tanya sopir wanita itu, "Mengapa kamu berkata bahwa kamu iri padaku?"

Sopir wanita itu menjawab, "Kamu harus bangga padanya untuk dijaga dan dilindungi seperti kamu." Lie Wei tidak tahu sopir itu berbicara tentang apa, dan kembali bertanya, "Apa maksudmu?"

Sopir wanita itu menjawab, "Kau tahu, setiap pagi selama seminggu terakhir, seorang pria tampan, berdiri di sudut jalan mengawasi kamu ketika kamu turun dari bus. Dia memastikan bahwa kamu menyeberang jalan dengan aman dan dia selalu melihat jam tangannya, sampai kamu masuk ke gedung kantor kamu. Setelah itu dia meniupkan ciuman jauhnya kepadamu dan lalu pergi. Kau adalah wanita yang beruntung"

Air mata kebahagiaan mengalir ke pipi Lie Wei. Walaupun secara fisik tidak dapat melihat suaminya, dia selalu merasakan kehadiran Chen. Dia beruntung, dan sangat beruntung, karena Chen memberinya hadiah lebih kuat dari penglihatannya, hadiah terindah yang dia dapatkan, tidak perlu melihat untuk percaya, sebuah hadiah "Cinta yang indah" yang bisa membawa terang dimana ada kegelapan.

[valentino]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Seseorang di sana, ia bisa tersenyum...