Tidakkah engkau tau...


Saat itu aku merasa menemukan serpihan diriku di dalam dirinya. Saat hujan turun dan mengeluarkan suara rintiknya yang lembut menyejukan. Entah apa yang merasuki hatiku tapi rasanya seperti melihat ketenangan dari matanya yang menerawang. Aku seakan menggapai dirinya dalam kalbuku, seakan aku tahu apa yang ada di dalam pikirannya.
Hari itu, malam itu, aku seperti mengenalnya sejak dulu. tersenyum aku jika teringat malam itu. Akankah malam itu kembali? Aku tak tahu.

Pernah jemarinya menggengam jemariku, rasanya bukan melambung tetapi menenangkan. Hatiku, cintaku tidak terbang mengawang tetapi tetap di tanah dan melihat tinggi ke awan. Mengagumi keindahan langit karena jika aku dilangit aku tak tahu keindahan langit.
Ia mengajarkanku kesederhanaan. Dari sekian lama yang kuperoleh hanya kepalsuan material yang membosankan dan fana. Tapi lain dengan cinta yang ia tawarkan. Ia menawarkan cinta yang jujur. Tapi mengapa hatiku ini tetap tak mau menyerah. Ketidakpercayaan terus menggerogoti hatiku.

Ini terasa menyedihkan. Menyayat. Terasa menjadi pendosa karena memalingkan wajah dari cinta. Begitu egois sehingga diterlantarkan. Sendiri. Aku takut. Aku tak mau. Betapa inginnya hati ini menyerahkan serpihan intannya tetapi bagian diriku tidak mengijinkannya. Apakah ini jeritan hati nuraniku yang tak lagi kudengar?...

[valentino]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Seseorang di sana, ia bisa tersenyum...